Oleh: Dr. Fahmi Amhar
Menaikkan harga BBM (mengurangi subsidinya), pasti tidak populer.
Membatasi distribusi premium hanya ke kendaraan umum, teknisnya susah.
Jangan-jangan nanti banyak angkot alih jasa, tidak lagi membawa
penumpang tapi berganti jadi makelar premium buat mobil pribadi. Maka
pemerintah dapat ide baru, menghapus premium sama sekali, dan subsidinya
tidak dialihkan ke pertamax. Di dunia, memang tinggal sangat sedikit
negara yang masih memakai BBM ber-oktan 88 seperti premium, dengan
alasan kurang ramah lingkungan. Di negara maju, premium hanya dijual
terbatas pada mobil antik, yang mungkin menjadi barang koleksi.
Tetapi bicara premium berarti bicara minyak, dan kalau kita menengok
ke belakang, itu berarti bicara prestasi umat Islam dalam teknik kimia
dan teknik perminyakan.
Banyak bukti menunjukkan bahwa para kimiawan Muslim adalah yang
pertama-tama memproduksi bahan bakar dari minyak bumi mentah.
Sebelumnya, manusia hanya mengenal minyak organik, baik dari tumbuhan
(seperti minyak kelapa) atau hewan (lemak unta).
Tentu saja, pada awalnya hasil olahan minyak mentah itu masih sangat
sederhana, seperti nafta (lilin) dan ter (aspal). Tapi pada akhir
abad-8 M, jalanan di Baghdad sudah diaspal dengan hasil olahan minyak
melalui suatu proses yang disebut “destilasi destruktif”. Al-Qazwini,
dalam kitabnya Aja’ib Al-Buldan (Negeri Ajaib) menuturkan ada dua jenis campuran aspal dan pasir yang digunakan melapisi jalan, yang dikenal kuat dan lekat.
Dr Kasem Ajram (1992) dalam bukunya, The Miracle of Islam Science, 2nd Edition
juga memaparkan infrastruktur transportasi jalan di zaman kekhalifahan
Islam, terutama di Baghdad. Pembangunan jalan beraspal di kota itu telah
dimulai sejak Khalifah Al-Mansur pada 762 M. Sejarawan Barat, Philip K
Hitti, dalam History of Arab juga melukiskan jalan-jalan di
Baghdad dan Cordoba telah berlapis aspal, dan di malam hari telah
diterangi lampu minyak. Kali pertama peradaban Barat mengenal jalan
beraspal adalah pada 1824 M, yaitu di Champs-Elysees Paris, Prancis.
Pada abad-9 M, Muhammad ibn Zakarīya ar-Rāzi menemukan cara menghasilkan kerosene (minyak tanah) dari minyak mentah.
Masih pada abad-9 M, sebuah ladang minyak di dunia pertama kali
dimanfaatkan di sekitar Baku (Azerbaijan) untuk menghasilkan nafta.
Deskripsi al-Mas’udi (abad-10) dan Marcopolo (abad-13) menggambarkan
adanya hasil dari sumur minyak mencapai jumlah ratusan kapal perhari.
Berbeda dengan rekan-rekan ilmuwan sebelumnya, pada abad-11 Abū Alī
ibn Sīnā menemukan “minyak essensial”. Minyak esensial adalah cairan
“hidrofobik terkonsentrasi” yang mengandung senyawa aroma-atsiri dari
tanaman. Minyak atsiri juga dikenal sebagai minyak ethereal atau
aetherolea, atau hanya sebagai minyak ekstrak tanaman seperti minyak
cengkeh, tetapi bukan sekadar “minyak tanaman” seperti minyak kelapa.
Minyak essensial adalah "penting" dalam arti bahwa ia membawa aroma
khas esensi tanaman. Minyak atsiri membentuk suatu kategori khusus untuk
tujuan medis, farmakologi, atau kuliner. Pada umumnya minyak atsiri
diekstraksi dengan penyulingan. Proses lainnya termasuk ekspresi, atau
ekstraksi pelarut. Barang itu digunakan dalam parfum, kosmetik, sabun
dan produk lainnya untuk aroma makanan dan minuman, dan untuk menambah
“aroma dupa” dan “produk pembersih” rumah tangga.
Teknologi perminyakan sangat berkembang di tubuh umat Islam ketika
mereka masih memiliki visi menjadi umat yang terbaik di dunia.
Karena itu, tidak sedikit para ilmuwan – yang dibesarkan dalam
pendidikan Islam seperti hafal Alquran di usia 10 tahun - berlomba
terjun dalam riset teknologi. Mereka mendapat dorongan penelitian dari
Alquran dan Sunnah, dan memanfaatkan hasil penelitiannya untuk kemuliaan
Islam dan kaum Muslim. Namun demikian, berbeda dengan riset yang
didorong oleh ideologi kapitalisme, “riset Islam” tidak pernah menjajah
dan memboroskan sumber daya alam dan lingkungan.
Sementara itu negara Daulah Khilafah masih efektif melakukan dakwah
ke seluruh dunia dengan memberi contoh nyata, yakni menerapkan Islam dan
menunjukkan bahwa penerapan Islam itu menjadikan mereka menjadi negeri
yang maju dan sejahtera. Benar-benar dakwah yang sempurna.[]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar