Rabu, 20 Juni 2012

Optimalisasi peran ibu dalam mencetak generasi peradaban


Juni ini kita memperingati hari keluarga nasional. Banyak hal yang bias dilakukan dan di semarakkan di bulan  ini. Tapi saya ingin membicarakan tentang satu sosok yang di hari apapun, minggu apapun, bulan apapun dan di tahun apapun dia akan selalu ada dan dihormati dalam keluarganya. Siapakah itu, ia adalah ibu. Ditangan ibu  terletak bangkit dan tidaknya sebuah bangsa, di tangannya pula akan tergambar  seperti apa pemimpin masa depan bangsa ini. Maka, bukan suatu yang terlalu berlebihan jika kita harus memberikan porsi yang lebih pada sosok seorang ibu.

Tantangan Bagi Seorang Ibu
Ketika berbicara fakta. Sosok ibu sangat jauh dari gambaran idealis yang diharapkan. Diberbagai media massa banyak kita baca sosok ibu yang tega membunuh anaknya, menganiaya hingga anak cedera dimana-mana, menjual bayinya, memberikannya pada pelacur/gigolo, memperkerjakan anak dibatas kemampuannya tanpa memberikan haknya secara layak.  Maka, bagaimana mungkin seorang ibu akan bisa mencetak generasi emas peradaban, jika sedikit sekali seorang ibu yang layak menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya. Bagaimana mungkin pula akan tercipta genrasi yang bijak dalam menghadapi hidup, jika sosok ibu yang diharapkan ada di sampingnya selalu sibuk dengan urusan kantor dan pekerjaan, bagaimana mungkin seorang ibu akan bisa mencetak sosok-sosok yang tangguh, jika hari-hari seorang ibu harus berkutat dengan teman kerja dan mesin-mesin pabrik daripada dengan suami dan anak-anaknya . Sungguh dilematik jika kemudian kita memberikan harapan bahkan menjunjung tinggi kehormatan ibu sebagai pencetak generasi andalan ini, jika seorang ibu lebih memilih dirinya disibukkan hanya dengan hal-hal yang hanya menunjang ekonomi keluarga, atau sekedar existensi diri dan pengakuan masyrakat saja. Sedangkan anak dan suami yang menjadi amanah utamanya terabaikan.
Berikut ini beberapa tantangan ibu dalam menjalankan perannya :
1.       Aspek internal
a.       Ketidakfahaman ibu dalam memahami konsep tarbiyatul aulad
b.      Ketidakcakapan ibu dalam menguasai teknis yang efektif dan efisien dalam mendidik anak
2.       Aspek Eksternal
a.        Gerusan arus kapitalisme-liberalisme
Memaksa sosok ibu tuk bekerja di luar rumah, hingga mengabaikan perannya demi mencukupi kebutuhan keluarga. Apalagi ketika suami sudah berusaha mencari kerja tetap tidak ada lowongan kerja
b.        Ketidak singkronan antara pendidik dan konsep yang di ajarkan

Optimalisasi  Peran Ibu
Mengoptimalisasikan peran ibu bukanlah sesuatu yang mudah dan dianggap remeh. Meski banyak upaya utnuk mempermudah ibu bekerja mengontrol anaknya dengan program day-care di tiap-tiap pabrik, secara sekilas memang lebih baik daripada tidak sama sekali. Tapi akan sangat baik jika ibu memaximalkan diri mengupgrade diri, sekaligus mendidik dan mendapingi anak-anaknya. Sebuah aktivitas yang dianggap remeh dan rendah tapi sangat penting esensinya untuk masa depan sebuah peradaban.
Beberapa hal yang bisa dilakukan ibu untuk bias mengoptimalisasikan perannya, an :
1.       Menyadari peran strategis ibu
Kesadaran akan pentingnya menjadi seorang ibu sebagai bagian dari perintah yang diwajibkan oleh Allah SWT akan berdampak sangat signifikan terhadap prilaku ibu dalam mendidik anak-anaknya. Ibu akan berusaha terus menerus meningkatkan pemahaman islamnya dalam mendidik anak-anaknya. Selain sebagai ibu, ia juga sebagai bagian masyarakat yang harus peduli dengan lingkungan tempat anak-anaknya tumbuh danberkembang, sehingga ibu akan berperan aktif beramar ma’ruf nahi mungkar terhadap sesamanya.
2.       Memahami konsep tarbiyatul aulad
Ibu memahami bahwa tujuan pendidikan yang diberikan adalah untuk membentuk seorang anak memeiliki kepribadian Islam, kokoh dalam keimanan, kuat dalam menghadapi hidup. Dimana hal yang paling utama diajarkan adalah konsep keimanan, baru kemudian amal-amal praktis dalam beribadah hingga anak menyongsong masa balighnya siap dengan berbagai ta’lif syara’ yang di bebankan. Baru kemudian pendidikan atau skill untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
3.       Memahami teknis pelaksanaan konsep
Dalam hal ini ibu harus memahami betul bagaimana keunikan masing-masing anaknya dengan berbagai karakter yang di anaugerahkan Allah kepada masing-masing anak yang berbeda-beda.

Untuk mengoptimalkan diri dalam mencetak generasi peradaban memang banyak tantangannya, dan tantangan terbesar  adalah tantangan sistemik yang memaksa banyak ibu untuk keluar dari rumahnya. Padahal ibu bukanlah sosok yang harus diperas keringatnya menghasilkan pundi-pundi uang untuk keluarganya. Ia adalah sosok tempat anak berbagi, bercerita dan mengadu kala ditimpa masalah dan kegundahan. Tempat suami bersandar ketika kelelahan mencari nafkah kian menggunung. Bayangkan ketika semua itu tidak ada digantikan oleh pembantu dan baby sister. Maka keluarga dan anak akan menajdi korbannya. Seberapa banyak keluarga-keluarga yang tertipa musibah perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, anak-anak terlibat narkoba dan  tindakan kriminalitas. Semua tetap kembali pada peran ibu.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;