Juni ini kita memperingati hari keluarga nasional.
Banyak hal yang bias dilakukan dan di semarakkan di bulan ini. Tapi saya ingin membicarakan tentang satu
sosok yang di hari apapun, minggu apapun, bulan apapun dan di tahun apapun dia
akan selalu ada dan dihormati dalam keluarganya. Siapakah itu, ia adalah ibu. Ditangan
ibu terletak bangkit dan tidaknya sebuah
bangsa, di tangannya pula akan tergambar seperti apa pemimpin masa depan bangsa ini. Maka,
bukan suatu yang terlalu berlebihan jika kita harus memberikan porsi yang lebih
pada sosok seorang ibu.
Tantangan Bagi Seorang Ibu
Ketika berbicara fakta. Sosok ibu sangat jauh dari
gambaran idealis yang diharapkan. Diberbagai media massa banyak kita baca sosok
ibu yang tega membunuh anaknya, menganiaya hingga anak cedera dimana-mana,
menjual bayinya, memberikannya pada pelacur/gigolo, memperkerjakan anak dibatas
kemampuannya tanpa memberikan haknya secara layak. Maka, bagaimana mungkin seorang ibu akan bisa
mencetak generasi emas peradaban, jika sedikit sekali seorang ibu yang layak
menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya. Bagaimana mungkin pula akan tercipta genrasi
yang bijak dalam menghadapi hidup, jika sosok ibu yang diharapkan ada di
sampingnya selalu sibuk dengan urusan kantor dan pekerjaan, bagaimana mungkin seorang
ibu akan bisa mencetak sosok-sosok yang tangguh, jika hari-hari seorang ibu
harus berkutat dengan teman kerja dan mesin-mesin pabrik daripada dengan suami
dan anak-anaknya . Sungguh dilematik jika kemudian kita memberikan harapan
bahkan menjunjung tinggi kehormatan ibu sebagai pencetak generasi andalan ini, jika
seorang ibu lebih memilih dirinya disibukkan hanya dengan hal-hal yang hanya
menunjang ekonomi keluarga, atau sekedar existensi diri dan pengakuan masyrakat
saja. Sedangkan anak dan suami yang menjadi amanah utamanya terabaikan.
Berikut ini beberapa tantangan ibu dalam
menjalankan perannya :
1.
Aspek internal
a.
Ketidakfahaman ibu dalam memahami konsep
tarbiyatul aulad
b.
Ketidakcakapan ibu dalam menguasai teknis yang
efektif dan efisien dalam mendidik anak
2.
Aspek Eksternal
a.
Gerusan
arus kapitalisme-liberalisme
Memaksa sosok ibu tuk bekerja di luar rumah, hingga
mengabaikan perannya demi mencukupi kebutuhan keluarga. Apalagi ketika suami
sudah berusaha mencari kerja tetap tidak ada lowongan kerja
b.
Ketidak
singkronan antara pendidik dan konsep yang di ajarkan
Optimalisasi Peran Ibu
Mengoptimalisasikan peran ibu bukanlah sesuatu yang
mudah dan dianggap remeh. Meski banyak upaya utnuk mempermudah ibu bekerja
mengontrol anaknya dengan program day-care di tiap-tiap pabrik, secara sekilas
memang lebih baik daripada tidak sama sekali. Tapi akan sangat baik jika ibu
memaximalkan diri mengupgrade diri, sekaligus mendidik dan mendapingi anak-anaknya.
Sebuah aktivitas yang dianggap remeh dan rendah tapi sangat penting esensinya
untuk masa depan sebuah peradaban.
Beberapa hal yang bisa dilakukan ibu untuk bias
mengoptimalisasikan perannya, an :
1.
Menyadari peran strategis ibu
Kesadaran akan pentingnya menjadi seorang
ibu sebagai bagian dari perintah yang diwajibkan oleh Allah SWT akan berdampak
sangat signifikan terhadap prilaku ibu dalam mendidik anak-anaknya. Ibu akan
berusaha terus menerus meningkatkan pemahaman islamnya dalam mendidik anak-anaknya.
Selain sebagai ibu, ia juga sebagai bagian masyarakat yang harus peduli dengan
lingkungan tempat anak-anaknya tumbuh danberkembang, sehingga ibu akan berperan
aktif beramar ma’ruf nahi mungkar terhadap sesamanya.
2.
Memahami konsep tarbiyatul aulad
Ibu memahami bahwa tujuan pendidikan yang
diberikan adalah untuk membentuk seorang anak memeiliki kepribadian Islam,
kokoh dalam keimanan, kuat dalam menghadapi hidup. Dimana hal yang paling utama
diajarkan adalah konsep keimanan, baru kemudian amal-amal praktis dalam
beribadah hingga anak menyongsong masa balighnya siap dengan berbagai ta’lif
syara’ yang di bebankan. Baru kemudian pendidikan atau skill untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
3.
Memahami teknis pelaksanaan konsep
Dalam hal ini ibu harus memahami betul bagaimana
keunikan masing-masing anaknya dengan berbagai karakter yang di anaugerahkan
Allah kepada masing-masing anak yang berbeda-beda.
Untuk mengoptimalkan diri dalam mencetak generasi
peradaban memang banyak tantangannya, dan tantangan terbesar adalah tantangan sistemik yang memaksa banyak
ibu untuk keluar dari rumahnya. Padahal ibu bukanlah sosok yang harus diperas
keringatnya menghasilkan pundi-pundi uang untuk keluarganya. Ia adalah sosok
tempat anak berbagi, bercerita dan mengadu kala ditimpa masalah dan kegundahan.
Tempat suami bersandar ketika kelelahan mencari nafkah kian menggunung.
Bayangkan ketika semua itu tidak ada digantikan oleh pembantu dan baby sister.
Maka keluarga dan anak akan menajdi korbannya. Seberapa banyak keluarga-keluarga
yang tertipa musibah perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan,
anak-anak terlibat narkoba dan tindakan
kriminalitas. Semua tetap kembali pada peran ibu.
0 komentar:
Posting Komentar